Selasa, 24 November 2009

Berikut Kondisi Ekonomi Saat Penyelamatan Century
Selasa, 24 November 2009 - 16:45 wib

(Ilustrasi: Corbis)
JAKARTA - Selain menggunakan data, fakta, informasi, dan analisa yang diterima dari Bank Indonesia, hal-hal yang bersifat makro tentang perkembangan situasi dan kondisi krisis keuangan dunia juga menjadi pertimbangan.

Hal tersebut ditegaskan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam jumpa pers di Aula Mezzanine, Gedung Djuanda, Departemen Keuangan, Jakarta, Selasa (24/11/2009).

"Saat itu, kondisi makroekonomi sedang mengalami tekanan serta adanya gangguan pada sistem perbankan atau keuangan yang dapat memperburuk situasi, sehingga dapat menimbulkan instabilitas yang signifikan," kata Sri.

Kondisi tersebut antara lain:

1. Situasi pasar keuangan pada Kuartal-III/2008 mengalami tekanan dalam menghadapi berita negatif pasca kejatuhan Lehman Brothers dan lembaga-lembaga keuangan global lainnya;

2. Pasar modal dunia mengalami gejolak dan koreksi tajam ditunjukkan dengan penurunan indeks harga saham secara tajam, yakni dari 2.830 pada 9 Januari 2008 menjadi 1.155 pada 20 November 2008, atau penurunan yang lebih dari 50%;

3. Pasar SUN mengalami tekanan hebat tercermin dari penurunan harga SUN atau kenaikan yield SUN secara tajam yakni dari rata-rata sekitar 10% sebelum krisis menjadi 17,1% pada 20 November 2008; (catatan: setiap 1% kenaikan yield SUN akan menambah beban biaya bunga SUN sebesar Rp1,4 triliun di APBN).

4. Credit Default Swap (CDS) Indonesia mengalami peningkatan secara tajam, yakni dari sekitar 250 bps awal tahun 2008 menjadi diatas 980 bps pada bulan November 2008. Hal ini menunjukkan bahwa pasar menilai country risk Indonesia yang tinggi pada saat itu;

5. Terdapat gangguan likuiditas di pasar karena peningkatan liquidity premium akibat pelebaran bid-ask spread dalam perdagangan di pasar saham, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadi capital flight;

6. Cadangan Devisa mengalami penurunan 13% dari USD59,45 miliar per Juni 2008 menjadi 51,64 miliar per Desember 2008 yang mengindikasikan terjadi capital flight;

7. Rupiah terdepresiasi 30,9% dari Rp9.840 per Januari 2008 menjadi Rp12.100 per November 2008 dengan volatilitas yang tinggi;

8. Banking Pressure Index (dikeluarkan Danareksa Research Institute) dan Financial Stability Index (dikeluarkan oleh BI) yang masuk dalam ambang batas kritis menunjukkan bahwa sistem perbankan dan sistem keuangan domestik dalam keadaan genting;

9. Terdapat potensi terjadi capital flight yang lebih besar lagi dari para deposan bank karena tidak adanya sistem penjaminan penuh (full guarantee) di Indonesia seperti yang sudah diterapkan di Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Taiwan, dan Korea, di samping Uni Eropa;

10. Keadaan genting perekonomian/keuangan dunia pada saat itu mendorong diadakannya Pertemuan G20 pada 13-15 November 2008 (dihadiri oleh Presiden dan Menkeu RI) untuk membahas langkah-langkah penanganan krisis global.(jri)
Candra Setya Santoso - Okezone

0 komentar:

Posting Komentar